Keutamaan Manusia Muhammad
Adalah Mahmud Yunus, ilmuan muslim terkemuka membagi keutamaan manusia
menjadi empat. Yaitu keutamaan berfikir, bekerja keras, kreatifitas seni
sekaligus ketekunan ibadah pada yang kuasa. Semua keutamaan itu
dialamatkan pada nabi kita Muhammad Saw. Sejarah mencatat pretasi anak
yatim dari gurun pasir ini bisa mengejutkan peradadan dunia. Mampu
menyebarkan ajaran dalam waktu relatif singkat, lebih-kurang 23 tahun.
Keutamaan manusia Muhammad sangat mengejutkan dunia, sampai Michael G. Hart dan bukunya "100 Tokoh Yang Berpengaruh di Dunia", mengganjar peringkat pertama. Mampu melahirkan tatanan masyarakat baru dengan konsep toleransi di atas rata-rata hingga membuat manusia di bumi mengikuti ajarannya. Masyarakat model Muhammad itu terus menjalar ke belahan bumi lainnya, sampai akhirnya tiba di bumi nusantara. Negeri kita berada jauh dari jazirah arab, tapi getaran kualitas Muhammad sangat terasa di sekeliling kita.
Terkait dengan keutamaan ini, ada satu hadis mengatakan bahwa akhlak Muhammad adalah Alqur'an. Semua tertulis dalam Alqur'an bisa terasa dalam sejarah hidup Muhammad. Ia adalah Alqur'an hidup yang bisa kita pelajari dan teladani kapan dan di mana pun. Sosok yang paling dicintai oleh Tuhan, tapi Muhammad sendiri tetap rendah hati dengan meminta Tuhan untuk terus membingbing. Ini adalah komitmen Muhammad bahwa segalanya berujung pada ibadah.
Ibadah adalah faktor paling utama dalam mengaktualisasikan keutamaan di atas. Tanpa ibadah yang tekun niscara keutamaan berfikir, bekerja kerasa dan kreatifitas seni akan membentur ruang hampa. Kita hendaknya selalu meminta tolong kepada Tuhan dengan kesabaran dan shalat. Karena shalat merupakan kunci untuk melahirkan optimalisasi empat keutamaan tadi.
Sejarah mencatat Sultan Muhammad Alfatih yang menaklukkan konstatinopel adalah seorang yang rajin melantunkan ayat suci dan tahajjud. Kebiasaan sang sultan turun pada sebagian besar tentara yang mengiringinya memperokporandakan benteng konstantinopel yang terkenal itu.
Anda bisa lihat dalam sebuah episode terkenal film al-afatih, bahwa sang sultan tidak mulus kala berperang. Pasukan sudha berguguran dengan logistik terkuras tidak terkirakan, sampai menemui titik keputusasaan akan pertolongan Yang Kuasa. Tapi ada sebagian dari tentaranya yang mendatangkan guru spiritual sang sultan untuk mengingatkan akan sebuah kemenangan dengan catatan "minta pertolongan dengan sabar dan shalat".
Dini hari sebelum pagi buta menyerang benteng, pasukannya berjamaah shalat subuh dengan penuh kihdmat. Tersiapkan senjata di samping pasukan yang menggelorakan takbir di pagi buta. Selanjutnya menyerang dengan semangat membara di tengah lelap tidur pasukan raja konstatinopel. Hasilnya luara biasa, benteng yang ratusan tahun berdiri kokoh luluh lantah dengan pasukan raja konstantinipel yang kocar-kacir.
Selepas kemenangan apa yang dilakukan oleh sultan ahmed sangat mengejtukan kaum beda agama di konstantinopel. "Kami akan menjaga ibadah kalian seperti kami menjaga masjid kami untuk beribadah"; sebuah kalimat ajakan dan toleransi luar biasa.
Sultan Ahmed terkenal pintar membaca kebudayaan Eropa, termasuk seni perang sampai pembuatan meriam. Tapi kecakapan intelektual itu tidak akan cukup jika tidak disempurnakan dengan keinginan untuk memberi keselamatan, meski untuk berbeda agama sekalipun. Sebuah sikap yang punya nilai toleransi di atas rata-rata hingga membuat masyarakat konstantinopel merasa memiliki raja yang menyelematkan dirinya.
Dalam konteks modern kala kecakapan berfikir, bekerja keras dan kreatifitas seni menemukan bentuknya yang sempurna, dibutuhkan kesadaran untuk meyakini kekuasaan Tuhan. Tanpa keyakinan itu nyaris tidak akan menemukan relefansi dengan misi ilmu itu sendiri untuk menjaga kemaslatan. Ilmu tanpa iman nyaris menyamakan dengan diri dengan sikap iblis yang menolak perintah sujud Tuhan karena kecongkakan ilmu-nya. "Saya ini terbuat dari api, tidak mungkin bersujud pada Adam yang hanya terbuat dari tanah", seraya sombong sang iblis menolak perintah Tuhan.
Kita juga diingatkan akan pentingnya yakin akan kekuasaan Tuhan oleh Albert Einstein. Ia adalah seorang ilmuan yang hampir saja menuhankan akalnya untuk kebenaran dalam ranah fisika. Tapi Einsten sadarkan diri kala tidak mampu lagi menguraikan unsur terkecil setelah molekul. "Saya yakin ada yang menciptakan ini dan maha Berkuasa", demikian kira-kira kesadaran diri Einstein terbuka.
Sikap religius inilah yang akhirnya menyempurnakan keutamaan diri Einstein di akhir hayatnya. Sebuah sikap yang kontras dengan sikap dan prilaku sebelumnya yang cendrung menjauhkan diri dari kayakinan akan hadirnya Yang Kuasa.
Akhirnya kita patut bersyukur diciptakan sebagai manusia yang dilengkapi dengan segala potensi untuk merengkuh semuah anugrah Tuhan di muka bumi. Tentu saja, jangan melupakan diri dari berkhidmat pada kekuasan Tuhan. Dari Nabi Muhammad, Sultan Ahmed hingga Albert Einstein adalah bukti aktual akan pentingnya keyakinan ber-Tuhan. Dan tetap berusaha meraih keutamaan dunia dengan meminta pertolongan pada Yang Kuasa dengan penuh sabar dan shalat. Semoga!
Keutamaan manusia Muhammad sangat mengejutkan dunia, sampai Michael G. Hart dan bukunya "100 Tokoh Yang Berpengaruh di Dunia", mengganjar peringkat pertama. Mampu melahirkan tatanan masyarakat baru dengan konsep toleransi di atas rata-rata hingga membuat manusia di bumi mengikuti ajarannya. Masyarakat model Muhammad itu terus menjalar ke belahan bumi lainnya, sampai akhirnya tiba di bumi nusantara. Negeri kita berada jauh dari jazirah arab, tapi getaran kualitas Muhammad sangat terasa di sekeliling kita.
Terkait dengan keutamaan ini, ada satu hadis mengatakan bahwa akhlak Muhammad adalah Alqur'an. Semua tertulis dalam Alqur'an bisa terasa dalam sejarah hidup Muhammad. Ia adalah Alqur'an hidup yang bisa kita pelajari dan teladani kapan dan di mana pun. Sosok yang paling dicintai oleh Tuhan, tapi Muhammad sendiri tetap rendah hati dengan meminta Tuhan untuk terus membingbing. Ini adalah komitmen Muhammad bahwa segalanya berujung pada ibadah.
Ibadah adalah faktor paling utama dalam mengaktualisasikan keutamaan di atas. Tanpa ibadah yang tekun niscara keutamaan berfikir, bekerja kerasa dan kreatifitas seni akan membentur ruang hampa. Kita hendaknya selalu meminta tolong kepada Tuhan dengan kesabaran dan shalat. Karena shalat merupakan kunci untuk melahirkan optimalisasi empat keutamaan tadi.
Sejarah mencatat Sultan Muhammad Alfatih yang menaklukkan konstatinopel adalah seorang yang rajin melantunkan ayat suci dan tahajjud. Kebiasaan sang sultan turun pada sebagian besar tentara yang mengiringinya memperokporandakan benteng konstantinopel yang terkenal itu.
Anda bisa lihat dalam sebuah episode terkenal film al-afatih, bahwa sang sultan tidak mulus kala berperang. Pasukan sudha berguguran dengan logistik terkuras tidak terkirakan, sampai menemui titik keputusasaan akan pertolongan Yang Kuasa. Tapi ada sebagian dari tentaranya yang mendatangkan guru spiritual sang sultan untuk mengingatkan akan sebuah kemenangan dengan catatan "minta pertolongan dengan sabar dan shalat".
Dini hari sebelum pagi buta menyerang benteng, pasukannya berjamaah shalat subuh dengan penuh kihdmat. Tersiapkan senjata di samping pasukan yang menggelorakan takbir di pagi buta. Selanjutnya menyerang dengan semangat membara di tengah lelap tidur pasukan raja konstatinopel. Hasilnya luara biasa, benteng yang ratusan tahun berdiri kokoh luluh lantah dengan pasukan raja konstantinipel yang kocar-kacir.
Selepas kemenangan apa yang dilakukan oleh sultan ahmed sangat mengejtukan kaum beda agama di konstantinopel. "Kami akan menjaga ibadah kalian seperti kami menjaga masjid kami untuk beribadah"; sebuah kalimat ajakan dan toleransi luar biasa.
Sultan Ahmed terkenal pintar membaca kebudayaan Eropa, termasuk seni perang sampai pembuatan meriam. Tapi kecakapan intelektual itu tidak akan cukup jika tidak disempurnakan dengan keinginan untuk memberi keselamatan, meski untuk berbeda agama sekalipun. Sebuah sikap yang punya nilai toleransi di atas rata-rata hingga membuat masyarakat konstantinopel merasa memiliki raja yang menyelematkan dirinya.
Dalam konteks modern kala kecakapan berfikir, bekerja keras dan kreatifitas seni menemukan bentuknya yang sempurna, dibutuhkan kesadaran untuk meyakini kekuasaan Tuhan. Tanpa keyakinan itu nyaris tidak akan menemukan relefansi dengan misi ilmu itu sendiri untuk menjaga kemaslatan. Ilmu tanpa iman nyaris menyamakan dengan diri dengan sikap iblis yang menolak perintah sujud Tuhan karena kecongkakan ilmu-nya. "Saya ini terbuat dari api, tidak mungkin bersujud pada Adam yang hanya terbuat dari tanah", seraya sombong sang iblis menolak perintah Tuhan.
Kita juga diingatkan akan pentingnya yakin akan kekuasaan Tuhan oleh Albert Einstein. Ia adalah seorang ilmuan yang hampir saja menuhankan akalnya untuk kebenaran dalam ranah fisika. Tapi Einsten sadarkan diri kala tidak mampu lagi menguraikan unsur terkecil setelah molekul. "Saya yakin ada yang menciptakan ini dan maha Berkuasa", demikian kira-kira kesadaran diri Einstein terbuka.
Sikap religius inilah yang akhirnya menyempurnakan keutamaan diri Einstein di akhir hayatnya. Sebuah sikap yang kontras dengan sikap dan prilaku sebelumnya yang cendrung menjauhkan diri dari kayakinan akan hadirnya Yang Kuasa.
Akhirnya kita patut bersyukur diciptakan sebagai manusia yang dilengkapi dengan segala potensi untuk merengkuh semuah anugrah Tuhan di muka bumi. Tentu saja, jangan melupakan diri dari berkhidmat pada kekuasan Tuhan. Dari Nabi Muhammad, Sultan Ahmed hingga Albert Einstein adalah bukti aktual akan pentingnya keyakinan ber-Tuhan. Dan tetap berusaha meraih keutamaan dunia dengan meminta pertolongan pada Yang Kuasa dengan penuh sabar dan shalat. Semoga!