Tersenyum Karena Berbagi

Meta pikiran kita terkadang sulit menangkap satu dari sekian banyak kearifan dari sesuatu yang kita berikan kepada orang lain. Karenanya, mencari adalah mencari untuk berbagi, sampai kita dapat terus tersenyum.

18 September 2006

Tersenyum Karena Berbagi

Saya sebagai penanggungjawab pelaksanaan bazaar di Pusat Studi Al-Quran yang bekerjasama dengan Yayasan Imdad Mustad'afin (YASMIN), sangat bahagia ketika menyaksikan kerubunan orang. Mereka adalah warga sekitar kantor yang berduyun-duyun datang untuk belanja barang bekas yang kami jajakan.

Harga barang-barang itu sangat bagus (murah) untuk ukuran kocek warga sekitar. Barangnya pun bukan bekas dipakai semua. Tapi sebagian besar adalah barang baru yang tidak terjual di tanah abang. Di samping sumbangan beberapa jamaah kepada PSQ beberapa waktu lalu.

Raut muka yang saya saksikan mengingatkan pada senyum kaum dhuafa yang akan kami berdayakan. Saya tahu hasil penjualan ini akan disalurkan kepada program yang digagas oleh YASMIN. Mereka yang disumbang adalah golongan yang secara ekonomi, sosial, dan budaya kurang berdaya berhadapan dengan realitas ketidakadilan.

Karenanya, senyuman mereka lebih dari cukup membuat saya bersyukur. Masih dapat berbagi meski hanya bicara pada kaum berpunya untuk terus berderma, kerana "kami siap menyalurkan donasi anda".

Moga kita mendapat hidayah dan mauidzah dari yang Kuasa. Amiiin

01 September 2006

APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN? (Kisah Nyata)

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah
kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal
menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan
ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia
yang
menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?"
tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata
mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan
segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.
Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita
bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita
bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab
hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa
menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia
telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah
dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor
diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu
tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap
dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah
ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel
menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu
tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk
mendeskripsikan ketiadaan panas.”

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu
ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana
tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap
tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk
memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan
mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.
Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap
suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya
di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah
kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja,
seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat
setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal
dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara
tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada.
Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau
gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia
untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak
menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari
tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti
dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap
yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa jenius itu adalah Albert Einstein.

Dikirim oleh teman dari mailinglist Arkeologi UI